Selasa, 02 Februari 2010
Pada motor DC berlaku persamaan,
V = E+I a Ra
E = C n Ф
n =E/C.Ф
Dari persamaan-persamaan diatas diadapat :
n = (V-Ra.Ra) / C.Ф
dengan:
n = Jumlah putaran (rpm)
V = tegangan jepit (V)
Ia = Arus jangkar (A)
Ra = Hambatan Jangkar (Ohm)
C = Konstanta motor
n = (V-Ra.Ra) / C.Ф
dengan:
n = Jumlah putaran (rpm)
V = tegangan jepit (V)
Ia = Arus jangkar (A)
Ra = Hambatan Jangkar (Ohm)
C = Konstanta motor
Sehingga dengan memperhatikan persamaan tersebut, putaran motor akan dipengaruhi oleh tegangan motor, arus jangkar, tahanan jangkar dan medan magnet. Jika salah satu besaran diabuat variabel dengan besaran lain tetap maka banyaknya putaran akan sebanding dengan besarnya besaran tersebut.
Dengan demikian jika tegangan dibuat variabel dan besaran lainya dibuat tetap maka, besarnya tegangan akan berbanding lurus dengan kecepatan putaran. Untuk mendapatkan putaran rendah diberi tegangan rendah dan untuk mendapatkan putaran tinggi tegangan harus tinggi. Dengan demikian, masalah yang harus diselesaikan pada rangkaian pengemudi motor adalah bagaimana membuat tegangan output dapat bervariasi (dapat diatur mulai dai 0 Volt hingga tegangan maksimum secara linier).
Secara teori, spesifikasi ini dapat diperoleh dengan memanfaatkan rangkaian penguat transistor yang tegangan/arus basisnya dapat diatur untuk mendapatkan tegangan kolektor yang variatif. Akan tetapi, cara ini tidak disarankan, karena dapat menimbulkan panas yang berlebihan pada transistor. Hal ini disebabkan transistor bekerja pada daerah linier sehingga disipasi daya berupa panas yang setara dengan basil perkalian arus kolektor dengan resistansi kolektor emitor adalah relatif besar.
Seperti yang diketahui, resistansi kolektor emitor akan mendekati tak terhingga (atau hubungan terbuka) bila transistor berada dalam kondisi cut-off, dan resistansi menjadi minimum bila transistor berada dalam kondisi saturasi. Jika cut-off maka disipasi daya adalah mendekati nol sehingga tidak terjadi panas, dan jika saturasi maka resistansi mendekati nol sehingga disipasi daya pada sisi transistor juga mendekati nol sehingga panas juga tidak terjadi.
Pulse Width Modulation (PWM) adalah suatu teknik manipulasi dalam pengemudian motor (atau perangkat elektronik berarus besar lainnya) yang menggunakan prinsip cut-off dan saturasi. Transistor atau komponen switching didisain bekerja dengan karakteristik mirip, "linier" namun sebenarnya menggunakan teknik ON-OFF.
Ini dikarenakan lebar pulsa PWM yang dinyatakan dalam Duty Cycle dapat dirubah rubah secara linier yang menyebabkan tegangan rata-rata nya berubah
Dengan melihat gambar diatas maka besar tegangan rata-rata akan sama dengan,
Vavr = ( Ton / (Ton + Toff) ) x Vm
Atau jika dalam persen akan sama dengan,
Vavr = ( Ton / (Ton + Toff) ) x 100 %
Dengan :
Vavr = Tegangan rata-rata
Ton = Pulsa logika tinggi (T2-T1)
Toff = Pulsa logika rendah (T3-T2)
Vm = Tegangan puncak
Dalam aplikasi untuk driver motor DC-MP secara umum, frekuensi PWM dapat ditentukan mulai dari 60 hingga 2000Hz sesuai dengan kemampuan switching komponen. Pembangkitan pulsa PWM dapat diperoleh melalui berbagai rangkaian timer atau menggunakan mikrokontroller yang diprogram secara khusus.
Sehingga dengan melakukan pengaturan lebar pulsa dalam teknik PWM maka besar tegangan rata-rata pun dapat diatur yang pada akhirnya juga akan merubah kecepatan putaran motor.
2 komentar:
terimakasih share ilmunya... :)
oiya nanya gan, kalo mau buat H-Bridge yang paling bagus pake komponen apa ya?
Jadi, yg menjadikan keunggulan pwm ketimbang menggunakan teg variable itu, pwm lebih dingin terhadap komponennya, begitu kah?tp hasil putaran motor bisa sama" di atur, baik menggunakan pwm atau teg variabel. Apakah penggunaan pwm di putaran rendah motor akan berdampak menghasilkan putaran motor jadi tersendat sendat?mohon panduannya
Posting Komentar